Tekan Laju Inflasi, Tim TPID Denpasar Rutin Monev Lapangan
Senin, 26 Oktober 2015
Denpasar-Untuk mengatasi terjadinya inflasi di Kota Denpasar, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Denpasar setiap hari Senin dan Rabu selalu melakukan monitoring dan evaluasi serta peninjauan harga secara langsung ke lapangan. Demikian yang disampaikan Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara saat High Level Meeting TPID Provinsi Bali di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali Senin (26/10). Pada acara tersebut juga dihadiri Asisten II Pemerintah Provinsi Bali Ketut Wija dan Kepala BPS Provinsi Bali Panusunan Siregar.
Rai Iswara mengaku dari pantauan yang telah dilakukan Tim TPID Denpasar ke lapangan pada bulan ini memang terjadi kenaikan harga pada daging ayam ras dan cabai rawit kecil. Agar pada bulan November mendatang tidak terjadi inflasi di Denpasar maka pihaknya akan melakukan rapat pada awal bulan November. Sehingga dapat menemui alternatif untuk menekan terjadinya inflasi harga. Lebih lanjut Rai Iswara mengatakan, meskipun adanya inflasi beberapa kebutuhan pokok, namun hasil pertanian Kota Denpasar yakni produksi beras mengalami peningkatan per bulan September, yaitu rata-rata 10 ton per hektar. Hal ini bisa tercapai juga berkat adanya subsidi pupuk serta penerapan teknologi dibidang pertanian .
Sementara itu Direktur BI Perwakilan Bali Dewi Setyowati mengatakan, sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia dan sejalan pola tahunan, tekanan inflasi Provinsi Bali pada September 2015 melandai. Deflasi Provinsi Bali periode ini tercatat sebesar -0,13%, sementara deflasi Nasional yaitu sebesar -0,05%. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 6,56% dan Nasional tercatat sebesar 6,83%. Deflasi ini didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi.
Dibandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya pada periode yang sama, inflasi Bali pada September 2015 tercatat melandai. Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sebesar -0,22%, lebih rendah dibandingkan Nasional sebesar 0,05% atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,33%. Berdasarkan penyebabnya inflasi didorong oleh peningkatan harga pada kelompok sandang dan kelompok pendidikan setelah mengalami tekanan inflasi cukup tinggi pada bulan sebelumnya, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,26% di Denpasar dan inflasi sebesar 0,29% di Singaraja. Seiring dengan melandainya tekanan permintaan pada September 2015, beberapa komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga diantaranya adalah angkutan udara, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah. Dengan demikian, inflasi kumulatif Bali masih menduduki inflasi kumulatif terendah selama 7 tahun terakhir sebesar 1,95%.
Agar di Bali tidak terjadi inflasi pihaknya akan melakukan berbagai langkah diantaranya, menggelar pasar murah, Penyaluran Raskin, Monitoring Penimbunan, Penjadwalan masa tanam, Efisiensi tata niaga beras dan mengurangi margin keuntungan pedagang besar dengan memperkuat kelembagaan Bulog, Pemetaan Potensi Lahan Abadi Provinsi Bali. Dalam menekan laju inflasi, Dewi Setyowati meminta agar Disperindag untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok di pasar dan berkoordinasi dengan BPMPD, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, dan Dinas Perikanan. Penyiapan sistem logistik Provinsi Bali mengacu pada PP no 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Menerapkan sistem resi gudang dalam rangka menjaga ketersediaan bahan pangan. ‘’Dengan cara itu inflasi bisa ditekan,’’katanya. (Ayu)